Selasa, 31 Januari 2023

Ardi - Chapter 3

{Dungeon Pertama}

 

“Tidak, ini bukan pertama kalinya aku mengikuti <Tutorial>.”

Dugaan Ardi benar. Bagi Slum, <Tutorial> sekarang bukanlah pertama baginya. Lalu Ardi menjadi penasaran, apakah berarti sebelumnya sudah pernah ada <Tutorial> di sekitar sini?

“Apakah itu artinya sebelum ini sudah pernah ada <Tutorial>?”

“Tidak, <Tutorial> yang diadakan di tempat ini adalah yang pertama di Kota Bandung. Atau bahkan di seluruh Indonesia.”

“Lalu, apa maksudmu…”

Kalau memang <Tutorial> yang diadakan di kampusku adalah <Tutorial> pertama, lalu bagaimana dia bisa sudah pernah mengikuti <Tutorial> sebelumnya? Ini tidak masuk akal. Begitu pikir Ardi.

Ardi berusaha keras memutar otaknya untuk memahami apa yang dikatakan Slum. Tapi, belum sempat ia menemukan jawabannya, Slum segera memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Aku datang dari masa depan.”

Seketika, Ardi terdiam. Rasanya ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Lagi pula, apa hal seperti itu memang mungkin terjadi? Bukankah fenomena seperti menjelajah waktu adalah hal yang hanya dapat ditemukan di dunia fiksi saja?

Ardi merasa dipermainkan. Ia sudah tidak sanggup menahan emosinya

“Yang benar saja!”

“…”

“Pertama, kau bertindak seakan-akan kau familiar denganku. Lalu memintaku untuk membunuh orang untuk mendapatkan <Point>. Dan sekarang kau bilang bahwa kau datang dari masa depan?!”

“Aku tahu kalau ini terdengar konyol, tapi…”

Slum menampakkan wajah seriusnya.

“Ardi, tolong percayalah denganku.”

Tunggu, apa? Ia mengetahui nama asliku?

“Sebentar, bagaimana kau bisa tahu…”

“Aku sudah pernah bertemu denganmu sebelumnya. Mungkin lebih tepatnya di masa depan yang sebelumnya.”

Ardi semakin bingung. Ia masih menolak percaya bahwa Slum datang dari masa depan. Tapi fakta bahwa ia mengetahui nama asli Ardi adalah sesuatu yang tidak bisa ia hiraukan begitu saja.

Itu artinya, di masa depan yang sudah pernah dilalui oleh Slum, ia bertemu dengan Ardi.

“Jadi tolong Ardi, percayalah padaku.”

Ardi hanya dapat terdiam mendengar perkataan Slum.

“Bila memang kau datang dari masa depan, boleh aku bertanya sesuatu?”

“Silahkan.”

“Apa yang terjadi dengan diriku di masa depan? Mungkin tepatnya, masa depan yang pernah kau lalui itu?”

Tiba-tiba wajah Slum berubah menjadi muram, seakan-akan ia teringat akan suatu hal yang tidak ingin ia ingat kembali. Menyadari maksud dari perubahan ekspresi Slum, Ardi segera paham apa maksudnya.

“Ah, begitu ya…”

“Eh? Tidak, kau tidak mati. Hanya saja…”

“…”

“…Maaf, aku tidak bisa memberitahumu sekarang.”

Ardi mengangguk. Ia paham bahwa kalau memang benar Slum datang dari masa depan, pasti ia datang dengan maksud untuk mengubah masa depan tersebut, dan memberitahukan Ardi apa yang terjadi di masa depan dapat merusak rencananya.

“Jadi, apa tujuanmu kembali ke masa sekarang?”

“Aku datang membawa misi untuk membantumu dalam tutorial ini dan seterusnya, sampai misi ku tercapai.”

“Bagaimana kau akan membantuku?”

“Aku akan mengajarkan kepadamu bagaimana <System> bekerja.”

“Ketika kau bilang ‘misi’, apa itu artinya ada seseorang yang memintamu?”

“Iya.”

 

Ardi tidak terpikirkan siapa kira-kira yang meminta seseorang seperti Slum untuk datang ke masa lalu dan membantu dirinya.

 

Slum… Ketika ia memperhatikan Slum, Ardi menyadari bahwa Slum tidak terlihat jauh lebih tua darinya. Bila memang ia datang dari masa depan, bukannya seharusnya ia jauh lebih tua?

 

“Slum. Kau bilang kan kau itu datang dari masa depan. Tapi dari yang aku lihat sepertinya kau tidak jauh berbeda usianya dariku.”

 

“Oh iya memang. Sebenarnya, dibandingkan pergi ke masa lalu, mungkin lebih tepatnya diriku di masa depan mengirimkan ingatannya kepada diriku yang sekarang.”

 

Ah rupanya begitu.

 

Ardi mengerti apa maksudnya. Ia paham dengan cara seperti itu karena ia dulu pernah menonton sebuah serial fiksi dimana karakter utamanya kembali ke masa lalu dengan mengirimkan ingatan kepada dirinya di masa lalu. Tapi, apa itu artinya di masa depan sudah ada teknologi untuk menjelajah waktu?

 

“Apa artinya di masa depan sudah ada teknologi untuk kembali ke masa lalu?”

 

“Tidak. Tidak ada yang seperti itu. Bahkan bisa dibilang, di masa depan manusia mengalami kemunduran karena kemunculan <System>.”

 

“Lalu, bagaimana kau… tunggu dulu, jangan bilang—”

 

“—Kau benar, <Skill>.”

 

Bahkan ada <Skill> yang seperti itu?!

 

Sekarang Ardi baru menyadari bagaimana sebuah <Skill> bisa memiliki kekuatan sekuat itu. Ardi pun membuka layar <Status> miliknya.

 

[Status]

Name: <Ardi Rian> | Username: <Solus> | Class: <None>

Level: <1> | Point: <25> | Rank: <NULL>

Skill: <Creation Lv.1>; <Berserk Lv.1>

 

Ia masih belum tahu apa-apa tentang <Skill> pertama yang ia miliki, <Creation>.

 

Seakan mengetahui apa yang dipikirkan Ardi ketika ia membuka layar <Status> nya, Slum segera memberitahu Ardi bagaimana cara mengoperasikan layar <Status>.

 

“Bila kau ingin melihat deskripsi dari sebuah <Skill>, kau dapat melihatnya dengan menekan <Skill> tersebut.”

 

Ardi pun mencobanya dengan menekan <Creation>.

 

[<Creation>]

Level: <1> | Type: <Magic-type Skill> | Activation: <Active> | Cooldown: <00:02:00>

[Overview]

Skill ini dapat menciptakan sesuatu berdasarkan apa yang dipikirkan oleh penggunanya. Untuk melakukan aktivasi, dapat dilakukan dengan merapal sambil memunculkan gambaran obyek yang ingin diciptakan di dalam kepala. Berdasarkan level skill saat ini, kau hanya dapat membuat benda dengan tingkat kompleksitas yang rendah dan senjata kecil yang ringan.

 

Senjata yang kecil dan ringan…

 

Ardi pun terpikirkan benda yang ia bawa kemari dari awal <Tutorial>, yaitu sebuah pisau.

 

<Creation>!”

 

Sambil memikirkan sebuah pisau, ia mengaktivasi skill <Creation> miliknya.

 

Tiba-tiba, di depannya muncul sebuah cahaya. Perlahan-lahan cahaya itu membentuk siluet sebuah obyek. Semakin lama bentuknya semakin menyerupai pisau. Tapi, belum sempat menjadi pisau seutuhnya, cahaya tersebut menghilang begitu saja.

 

“Eh?”

 

[<Skill> tidak dapat digunakan di dalam <Safe Zone>!]

 

Ah iya, aku lupa kalau aku masih berada di <Safe Zone>.

 

Ardi baru menyadari bahwa saat ini dirinya dan Slum sedang berada di sebuah <Safe Zone>.

 

Setelah sedikit memahami tentang <Skill> dan layar <Status> miliknya, Ardi kembali bertanya kepada Slum.

 

“Jadi, apa yang akan kita lakukan setelah ini?”

 

“Kita tinggal menunggu <Tugas> selanjutnya.”

 

Saat mereka menunggu <Tugas> pertama selesai, Ardi teringat akan perkataan Slum tentang <Player> bernama ‘C’.

 

“Ah iya Slum. Apa maksudmu ketika kau bilang bahwa ‘C’ bukanlah manusia?”

 

Slum terkejut. Pada awalnya ia tidak yakin bila harus menjelaskannya kepada Ardi. Tapi, akhirnya ia merasa bahwa Ardi juga perlu tahu tentang keberadaan ‘C’ itu sendiri.

 

“Bisa dibilang, mereka adalah keberadaan yang menolak kemunculan <System>.”

 

“Menolak?”

 

“Ya. Aku yakin ‘C’ masuk ke dalam <Tutorial> ini untuk mengacaukannya.”

 

“Apa artinya ia berada di pihak kita?”

 

“Tidak juga. Karena ia hanya menolak keberadaan <System>, tapi ia juga tidak peduli dengan para manusia.”

 

Di saat mereka mengobrol, tiba-tiba muncul layar pemberitahuan baru.

 

[Selamat! Kau berhasil menyelesaikan <Tugas 1>.]

[Jumlah Player: <4/10>]

 

“Hei lihatlah, <Tugas> pertama kita akhirnya selesai.”

 

[Menyiapkan <Hadiah>.]

 

Kalau tidak salah, di awal mereka bilang <Hadiah> nya akan berupa <Item> acak.

 

[Hadiah: <Plain Spear>]

 

“Plain… spear? Sebuah tombak?”

 

Setelah melihat <Hadiah> miliknya, Ardi melirik kearah Slum yang juga sedang fokus melihat layarnya sendiri. Karena penasaran, ia pun menanyakan hadiah Slum.

 

“Apa <Hadiah> yang kau dapat?”

 

“Aku? Ah, entah kenapa aku mendapatkan <Beginner’s Dagger>. Kalau kau sendiri?”

 

“Aku mendapatkan sebuah tombak.”

 

“Sebuah tombak ya?”

 

“Iya, tapi sepertinya tombak ini benar-benar sebuah tombak biasa. Karena namanya saja <Plain Spear>. Apa kau tahu sesuatu tentang itu?”

 

“Mmm, entahlah. Tapi sepertinya kualitasnya tidak jauh beda dengan <Beginner’s Dagger> milikku.”

 

Tidak lama kemudian, muncul layar pemberitahuan baru.

 

[Semua <Player> yang tersisa akan dipindahkan ke tempat <Tugas 2>.]

 

[Semoga beruntung!]

 

Tiba-tiba saja, muncul cahaya yang mengelilingi mereka.

 

“Apa yang terjadi?”

 

“Kita akan di teleportasi, bersiaplah!”

 

“Kemana?—”

 

Belum sempat pertanyaan Ardi terjawab, mereka pun menghilang.

 

Seketika, pandangan Ardi hanya dipenuhi dengan cahaya berwarna putih. Tapi, lama-kelamaan cahaya tersebut memudar. Dan ketika pandangannya kembali jelas, ia menyadari pemandangan yang cukup familiar di depannya.

 

Gerbang utama kampus…

 

Saat ini ia sedang berada di depan gerbang utama kampusnya. Ia sangat familiar dengan tempat ini karena sehari-hari ia berkuliah ia pasti melewati tempat ini. Namun, Ardi menyadari sesuatu yang berbeda dari biasanya.

 

Walaupun saat ini adalah malam hari, tapi ia tidak dapat melihat langit maupun awan. Dan juga pemandangan di depannya bukanlah Kawasan kampus yang ia kenal, melainkan semua terlihat seperti…

 

“Goa bawah tanah?”

 

Ia dapat melihat dinding-dinding batu di sekitarnya yang membentuk Lorong-lorong besar. Tempat ia berdiri saat ini pun terlihat seperti salah satu ruangan goa yang cukup besar karena mampu diisi dengan gerbang kampusnya.

 

Ardi berjalan ke salah satu sudur goa tersebut, dan menyadari kalau ia benar-benar masuk ke dalam goa.

 

Sebenarnya ada dimana aku?

 

Ia semakin bingung. Semua pikiran memasuki kepalanya. Apakah kampusnya tiba-tiba masuk ke bawah tanah? Atau hanya bagian depannya saja? Atau jangan-jangan ia benar-benar berada di tempat yang berbeda?

 

Tidak lama, ia mendengar sebuah suara yang familiar.

“Aku ucapkan selamat kepada kalian yang berhasil menyelesaikan <Tugas 1>!”

Suara itu… <Administrator>?

Tapi ketika Ardi melihat ke sekelilingnya, ia tidak dapat menemukan <Administrator> dimanapun.

“Mungkin  kalian penasaran, mengapa hanya suara ku saja yang terdengar tapi kalian tidak bisa melihatku. Tapi hal itu tidak penting bagi kalian. Aku yakin kalian lebih penasaran dengan posisi kalian saat ini kan?

Biar aku jelaskan. Saat ini, kalian tidak dipindahkan ke alam maupun tempat lain. Kalian masih berada di lingkungan kampus yang sama. Hanya saja, aku menambahkan sedikit ‘hiasan’ ke tempat ini agar terlihat seperti goa bawah tanah.”

Ah begitu rupanya. Berarti, kalau aku tidak salah mengerti, tempat ini akan menjadi sebuah—

“Ya aku yakin kalian sudah paham, terutama bagi kalian yang cukup familiar dengan hal seperti ini. Benar sekali, tempat ini akan menjadi sebuah <Dungeon> dimana kalian akan menyelesaikan <Tugas 2> kalian. Dan aku yakin, kalian pasti sudah bisa menebak apa yang harus kalian lakukan pada <Tugas> kali ini.”

Layar informasi mengenai <Tugas> pun muncul di depan Ardi.

 

[Tugas 2: <Menyelesaikan Dungeon>]

[Obyektif]

Player harus menyelesaikan Dungeon ini dengan cara mengalahkan Boss yang ada di akhir Dungeon ini.

[Hadiah]

Sebuah Skill acak.

[Hukuman]

Tutorial tidak akan berakhir bila Dungeon tidak diselesaikan.


Tutorial tidak akan berakhir… itu artinya ini adalah <Tugas> terakhir?

“Tentu saja kalian sudah melihat bahwa <Tugas> ini akan menjadi <Tugas> terakhir. Tapi tenang saja, untuk menyelesaikan <Dungeon> ini, kalian harus menyelesaikan <Sub-Tugas> yang ada di dalamnya,”

Sudah kuduga, tidak akan semudah itu.

“Ada satu hal lagi yang ingin aku beritahukan, sekarang kalian dapat membentuk sebuah <Party> untuk menyelesaikan <Tutorial> ini. Caranya mudah saja, ketika dua orang atau lebih yang sedang berdekatan membuka layar <Status> mereka, maka layar untuk membuat <Party> akan terbuka.”

Begitu rupanya. Tapi memang sih, akan sulit rasanya bila harus menyelesaikan <Dungeon> ini sendirian.

“Kalau begitu, aku mengharapkan yang terbaik dari kalian semua."

Setelah mendengarkan <Administrator>, Ardi pun kembali mengamati sekitarnya. Ia merasa bahwa suasana di dalam ruagan ini cukup gelap. Karena itu ia segera menyalakan senter dari ponselnya. Ketika Ardi melihat layar ponselnya, ia mendapati bahwa ia tidak mendapatkan sinyal ponsel sama sekali. Itu artinya, tempat ini benar-benar tertutup rapat dari luar.

Cahaya dari ponsel Ardi pun menerangi sebagian dari ruangan tersebut. Ia dapat melihat dua buah jalan yang berada di dua sudut ruangan yang berbeda.

Jalan bercabang…

Mau tidak mau, untuk memulai perjalanannya di dalam <Dungeon> ini, Ardi harus memilih salah satu dari kedua jalan tersebut.

Ardi pun memutuskan untuk berjalan kearah jalan yang terlihat lebih lebar.

“Tidak kusangka, kampus tempat aku berkuliah berubah menjadi sebuah <Dungeon>.” Gumam Ardi sambil tersenyum kecil.

Dengan begitu, petualangan Ardi di dalam <Dungeon> pertamanya dimulai.

 

***

Terima kasih buat yg udh nyempetin buat baca chapter 3! Sori ya kalo kesannya kayak terburu-buru (;′⌒`) , krn kebetulan banget waktu nulis chapter ini kuliah jg mulai ga ngotak, jadi keundur terus. Anyway sampe ketemu di chapter selanjutnya! q(≧▽≦q)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gadis SMA dan Rahasianya - Chapter 2

Bel kelas berdering. Sinar matahari senja yang masuk melewati jendela kelas menandakan bahwa hari sudah sore dan sekolah telah usai. Di ...