Selasa, 18 Juni 2024

Gadis SMA dan Rahasianya - Chapter 2

Bel kelas berdering.

Sinar matahari senja yang masuk melewati jendela kelas menandakan bahwa hari sudah sore dan sekolah telah usai.

Di saat siswa lain sudah beranjak pulang bersama teman-temannya, gadis itu masih sibuk membereskan lembaran-lembaran kertas yang ada di atas meja. Satu persatu lembar hasil ujian itu ia masukkan secara perlahan ke dalam tas.

100, 95, 98...

Pada lembaran kertas itu, terlihat bahwa nilai yang didapatkan gadis itu semuanya hampir sempurna.

Hehe, aku tidak sabar memperlihatkan nilai ini kepada Om.

Ia tersenyum senang, tidak sabar akan waktu bertemu dengan pria yang usianya lebih tua itu di stasiun kereta nanti malam.

Senin, 17 Juni 2024

Life's Update

Halo semuanya! Entah kapan terakhir kali gua nulis beberapa hal terkait life’s update di blog ini. Kalau enggak salah, terakhir itu pas gua mau melakukan ujian masuk kampus untuk kedua kalinya (baca: gap year). Di dalam tulisan itu, gua inget banyak sekali hal yang gua anggap sebagai penyesalan dan penebusan dosa atas masa lalu. Nah, kebetulan sudah dua tahun berlalu semenjak itu, tentu saja harusnya banyak sekali hal yang berubah, dong.

Jumat, 17 Mei 2024

Gadis SMA dan Rahasianya - Chapter 1

Jam menunjukkan pukul 11 malam lebih 20 menit. Suasana Stasiun Manggarai yang terkenal selalu ramai karena stasiun transit terlihat cukup sepi. Bila biasanya di jam berangkat kerja ataupun tengah hari selalu terlihat hiruk pikuk manusia yang bergegas mencari kereta sambungan, saat ini suasananya tidak jauh berbeda dengan stasiun-stasiun kosong lainnya.

Memang cukup mengesalkan fakta bahwa aku ada di sini dan harus merasakan kekosongan Manggarai. Bukannya aku tidak mensyukuri stasiun yang kosong dan tidak perlu bersinggungan dengan banyak orang, tapi biasanya kereta jam segini muncul hanya satu jam sekali.

Untungnya aku tiba pada waktu yang tepat untuk menaiki kereta terakhir.

Kantorku berada di distrik bisnis yang ada di sekitar Sudirman. Karena itu setelah menjalani rapat  yang sebenarnya dapat dilakukan besok—entah mengapa atasanku bersikeras untuk melakukannya malam hari—aku langsung berlari menuju Stasiun Sudirman dan naik kereta ke arah Manggarai. Untung saja aku sempat untuk mengejar kereta ke arah Bogor.

Rumahku ada di sekitar daerah Depok—sangat disayangkan memang—jadi walaupun malam ini aku bisa merasa tenang di Manggarai, esok pagi aku harus siap kembali berdesak-desakan di stasiun ini.

Aku hanya dapat menghela nafas mengetahui semua itu.

Sembari menunggu kereta, aku iseng melihat ke sekitar. Kulihat ada seorang ibu-ibu yang membawa tas jinjing besar, seorang pak tua yang duduk sambil merunduk di bangku tunggu prioritas, dan beberapa petugas penjaga stasiun.

Ketika aku melihat ke sisi lain peron, aku terkejut karena menemukan pemandangan yang tidak biasa di stasiun ini ketika malam hari. Karena aku sudah cukup sering pulang larut seperti ini, aku lumayan familiar dengan pemandangan stasiun kereta mendekati tengah malam. Tapi baru pertama kali ini aku melihat ‘anomali’ dari lingkungan sekitar.

Maksudku, siapa juga yang mengira akan bertemu seorang gadis SMA dengan seragam putih abu nya ikut menunggu dengan angkatan pulang telat tengah malam?

Selasa, 07 Mei 2024

Kesulitan dalam Menulis Karakter SMA

Mungkin aku akan berbagi sedikit apa yang aku temui ketika mencoba untuk menulis karakter seorang anak SMA di dalam cerita. Sedikit latar belakang, belakangan ini aku memang mencoba untuk kembali ulai menulis cerita. Ya, cerita-cerita pendek sih bukan cerita yang berat yang akan dijadikan serial panjang.

Nah, dalam cerita ini, bisa dibilang akan ada interaksi yang cukup dalam antara karakter utama dan seorang anak SMA. Tentu untuk membuat bentuk dialog yang natural dan memberikan kesan bahwa dia adalah benar anak SMA, aku berusaha untuk sedikit riset mengenai penggambaran anak SMA di dalam karya fiksi.

Memang sih aku pernah SMA, tapi tentu saja kalau kita ingin memasukkan karakter anak SMA ini ke dalam novel, maka perlu dilakukan beberapa penyesuaian. Nah, ketemu lah aku dengan salah satu novel referensi judulnya “Gimai Seikatsu” atau “Days with My Stepsister”.

Awalnya aku kira buku ini akan jadi referensi yang bagus untuk menulis karakter SMA. Tapi betapa salahnya aku berpikir kayak gitu. Mungkin karena perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia, jadi ada beberapa hal yang sekiranya akan sulit diterapkan ke dalam novel ku. Dan yang terlebih cukup memberatkan adalah PENULISAN KARAKTER SMA ITU RIBET BANGET. Maksudku, kayak isi pikiran mereka itu terlalu overthink terhadap sesuatu yang sebenernya ga perlu terlalu dipikirikan.

Kalau ingin coba untuk dijabarkan, bisa dibilang begini. Apa yang biasanya kita pikir dalam suatu kondisi A >> B, nyatanya bila kita ingin menulis dalam novel dan memberikan panggung kepada karakter SMA, maka dia bisa ditulis menjadi A >> C >> D >> B. Intinya akan lebih banyak turn around.

Walaupun ribet dan aneh seperti itu, ternyata alur berpikirnya sengaja dibuat seribet itu karena nantinya biasanya akan ada karakter orang dewasa yang akan mentralisir pikiran seperti itu. Karakter orang dewasa ini akan menjadi seperti high pass filter/low pass filter dimana dia akan merapihkan pola pikir karakter SMA yang mungkin terlalu belibet.

Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa memang seninya ada di penulisan pikiran anak SMA dan cara bagaimana orang dewasa disekitarnya akan menangani pikiran tersebut.

Rabu, 22 Maret 2023

Menonton Kotonoha No Niwa Dua Kali

 


Kotonoha No Niwa (The Garden Of Words) adalah sebuah anime lama keluaran tahun 2013 dan merupakan salah satu film besutan Makoto Shinkai. Film ini bukanlah film yang berdurasi lama dan hanya berdurasi 45 menit, menjadikannya salah satu film pendek yang dibuat oleh Makoto Shinkai. Inti dari ceritanya adalah tentang dua orang yang bertemu di sebuah taman ketika hujan. Pokoknya semenjak pertemua pertama mereka, sudah jadi rutinitas buat bertemu kalau pagi hari hujan.

Jadi apa yang mau gw bahas di sini? Gw mau sedikit ngebahas tentang pengalaman gw yang menonton anime ini sebanyak dua kali. Ya, hanya dua kali. Apa sih yang spesial dari ngulang anime ini (rewatch) sebanyak dua kali? Orang lain bukannya biasa ngelakuin hal itu juga ya?

Memang gw menonton ini hanya dua kali. Tapi, yang membuat rewatch kedua kali ini berbeda adalah jarak waktu antara saat pertama dan kedua kalinya gw menonton anime ini. Gw pertama kali nonton anime ini ketika masih SMP (sekitar 2014). Dan untuk kedua kalinya gw menonton anime ini pada tahun ini (2023). Dan entah kenapa, ketika gw menonton ulang anime ini, rasanya gww menonton sebuah anime berbeda dari yang pertama kali gw tonton.

Apa yang berbeda? Pertama-tama, akan coba gw jelaskan gimana cerita di anime ini berjalan. Cerita di anime ini berfokus kepada seorang anak SMA yang bernama Akizuki. Ia memiliki mimpi untuk jadi seorang pembuat sepatu. Kenapa ia memiliki mimpi seperti itu? Itu karena ia merasa tidak puas dengan kehidupannya yang sekarang—atau lebih tepatnya ingin segera keluar dari dunia 'remaja'nya. Ibu yang kabur dari rumah, kakak yang memiliki kehidupan sendiri diluar rumah, dan juga beban finansial yang ia tanggung, memaksa Akizuki untuk menjadi dewasa duluan dibandingkan dengan usianya. Ketika teman-teman seusianya berlibur di musim panas, ia memilih untuk menghabiskan waktunya bekerja paruh waktu. Ketika teman-teman seusianya bermain di waktu luang mereka, ia memilih untuk mengasah kemampuannya membuat sepatu. Seperti itulah kira-kira kehidupan yang dijalani Akizuki. Tapi, itu semua berubah ketika ia bertemu dengan seorang wanita berusia 27 tahun bernama Yukino di sebuah taman ketika sedang hujan.

Ketika anime ini memfokuskan ceritanya ke arah kehidupan dari wanita ini, kita akan melihat betapa kontrasnya kehidupan seorang wanita dewasa dengan seorang anak SMA, walaupun keduanya memiliki tema/tujuan yang sama—keluar dari kondisi mereka saat itu.

Pertama kali gw menonton anime ini, gw sangat fokus dan teralu sympathize dengan kehidupan Akizuki yang berusaha menjadi dewasa dengan melakukan hal yang dilakukan orang dewasa, bekerja. Bukan kesombongan dirinya yang membuat ia ingin bertingkah laku layaknya orang dewasa, tapi kondisi keluarganya yang memaksanya begitu. Dan gw sangat kesal ketika sampai di ending dari film iini yaitu ketika Yukino secara implisit mengatakan bahwa: "Ya, Akizuki tetaplah hanya seorang anak-anak".

Tapi sekarang entah kenapa, gw bisa menjadi lebih sympathize dengan kehidupan personal Yukino. Kenapa ia berpikir bahwa Akizuki masihlah kekanak-kanakan terlepas dari apa yang sudah ia lakukan sendiri. Karena, Yukino sendiri merasa bahwa dirinya yang saat ini 27 tahun tidak lebih baik dari dirinya ketika seusia Akizuki (15 tahun). Kenapa ia seperti itu? Kehidupannya yang rusak yang membuatnya tidak dapat datang ke pekerjaannya. Hubungan asramanya yang juga tidak jelas. Dan juga dirinya sendiri yang tidak melakukan usaha apapun untuk mengubah semua itu.

Ketika gw mengetahui semua hal itu, gw menjadi lebih menerima dan merasa bahwa ya memang endingnya harus seperti itu. Apa yang dikatakan oleh Yukino di akhir film, dan bagaimana respon Akizuki yang memang menunjukkan sifat kekanak-kanakannya. Gw merasa bahwa, sudah cukup dengan ending seperti itu. Anime ini memang harus berakhir seperti itu.

Yak sekian.

Selasa, 31 Januari 2023

Ardi - Chapter 3

{Dungeon Pertama}

 

“Tidak, ini bukan pertama kalinya aku mengikuti <Tutorial>.”

Dugaan Ardi benar. Bagi Slum, <Tutorial> sekarang bukanlah pertama baginya. Lalu Ardi menjadi penasaran, apakah berarti sebelumnya sudah pernah ada <Tutorial> di sekitar sini?

“Apakah itu artinya sebelum ini sudah pernah ada <Tutorial>?”

“Tidak, <Tutorial> yang diadakan di tempat ini adalah yang pertama di Kota Bandung. Atau bahkan di seluruh Indonesia.”

“Lalu, apa maksudmu…”

Kalau memang <Tutorial> yang diadakan di kampusku adalah <Tutorial> pertama, lalu bagaimana dia bisa sudah pernah mengikuti <Tutorial> sebelumnya? Ini tidak masuk akal. Begitu pikir Ardi.

Ardi berusaha keras memutar otaknya untuk memahami apa yang dikatakan Slum. Tapi, belum sempat ia menemukan jawabannya, Slum segera memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Aku datang dari masa depan.”

Sabtu, 14 Januari 2023

Ardi - Chapter 2

{Tutorial - Part 2}


Ardi perlahan mundur. Ia tidak bisa diam begitu saja melihat seorang perempuan berjalan perlahan kearahnya sambil memegang sebuah gunting yang sudah berlumuran darah.

 

Perlahan-lahan, tampang perempuan itu mulai terlihat jelas. Ia mengenakan kacamata, rambut serta pakaiannya acak-acakan sekali. Penampilannya tidak jauh berbeda dengan Ardi ketika ia mengurung diri di kamar.

 

Apa mungkin, ia juga selalu mengurung dirinya di kamar? Pikir Ardi. Lalu, Ardi menyadari sesuatu di tangan perempuan itu. Banyak sekali bekas luka sayatan. Tidak salah lagi, keadaan perempuan itu tidak jauh berbeda dengannya.

 

“Uh… Tunggu dulu, aku pikir kita bisa—”

 

“—Diam!”

 

Belum selesai Ardi berbicara, perempuan itu memotong pembicaraan Ardi. Rupanya, perempuan itu tidak mau mendengar apapun dari Ardi.

 

“Kalian… para lelaki sama saja… kalian semua sampah!”

 

Setelah ia mengatakan itu, ia langsung bergerak maju kearah Ardi.

 

Eh? Ada masalah apa ia dengan lelaki?

 

Ardi menyadari gerakan perempuan itu cepat sekali. Lebih cepat dibandingkan gerakan manusia normal.

 

Sial, cepat sekali. Sepertinya ia sangat benci terhadap lelaki.

 

Tiba-tiba saja, perempuan itu sudah berada di depan muka Ardi dan siap menusuknya menggunakan gunting yang ia pegang. Untungnya, Ardi menyadari kemana gunting itu mengarah. Karena itu, ia langsung menghindar secepat mungkin.

Gadis SMA dan Rahasianya - Chapter 2

Bel kelas berdering. Sinar matahari senja yang masuk melewati jendela kelas menandakan bahwa hari sudah sore dan sekolah telah usai. Di ...