Jumat, 17 Mei 2024

Gadis SMA dan Rahasianya - Chapter 1

Jam menunjukkan pukul 11 malam lebih 20 menit. Suasana Stasiun Manggarai yang terkenal selalu ramai karena stasiun transit terlihat cukup sepi. Bila biasanya di jam berangkat kerja ataupun tengah hari selalu terlihat hiruk pikuk manusia yang bergegas mencari kereta sambungan, saat ini suasananya tidak jauh berbeda dengan stasiun-stasiun kosong lainnya.

Memang cukup mengesalkan fakta bahwa aku ada di sini dan harus merasakan kekosongan Manggarai. Bukannya aku tidak mensyukuri stasiun yang kosong dan tidak perlu bersinggungan dengan banyak orang, tapi biasanya kereta jam segini muncul hanya satu jam sekali.

Untungnya aku tiba pada waktu yang tepat untuk menaiki kereta terakhir.

Kantorku berada di distrik bisnis yang ada di sekitar Sudirman. Karena itu setelah menjalani rapat  yang sebenarnya dapat dilakukan besok—entah mengapa atasanku bersikeras untuk melakukannya malam hari—aku langsung berlari menuju Stasiun Sudirman dan naik kereta ke arah Manggarai. Untung saja aku sempat untuk mengejar kereta ke arah Bogor.

Rumahku ada di sekitar daerah Depok—sangat disayangkan memang—jadi walaupun malam ini aku bisa merasa tenang di Manggarai, esok pagi aku harus siap kembali berdesak-desakan di stasiun ini.

Aku hanya dapat menghela nafas mengetahui semua itu.

Sembari menunggu kereta, aku iseng melihat ke sekitar. Kulihat ada seorang ibu-ibu yang membawa tas jinjing besar, seorang pak tua yang duduk sambil merunduk di bangku tunggu prioritas, dan beberapa petugas penjaga stasiun.

Ketika aku melihat ke sisi lain peron, aku terkejut karena menemukan pemandangan yang tidak biasa di stasiun ini ketika malam hari. Karena aku sudah cukup sering pulang larut seperti ini, aku lumayan familiar dengan pemandangan stasiun kereta mendekati tengah malam. Tapi baru pertama kali ini aku melihat ‘anomali’ dari lingkungan sekitar.

Maksudku, siapa juga yang mengira akan bertemu seorang gadis SMA dengan seragam putih abu nya ikut menunggu dengan angkatan pulang telat tengah malam?

Selasa, 07 Mei 2024

Kesulitan dalam Menulis Karakter SMA

Mungkin aku akan berbagi sedikit apa yang aku temui ketika mencoba untuk menulis karakter seorang anak SMA di dalam cerita. Sedikit latar belakang, belakangan ini aku memang mencoba untuk kembali ulai menulis cerita. Ya, cerita-cerita pendek sih bukan cerita yang berat yang akan dijadikan serial panjang.

Nah, dalam cerita ini, bisa dibilang akan ada interaksi yang cukup dalam antara karakter utama dan seorang anak SMA. Tentu untuk membuat bentuk dialog yang natural dan memberikan kesan bahwa dia adalah benar anak SMA, aku berusaha untuk sedikit riset mengenai penggambaran anak SMA di dalam karya fiksi.

Memang sih aku pernah SMA, tapi tentu saja kalau kita ingin memasukkan karakter anak SMA ini ke dalam novel, maka perlu dilakukan beberapa penyesuaian. Nah, ketemu lah aku dengan salah satu novel referensi judulnya “Gimai Seikatsu” atau “Days with My Stepsister”.

Awalnya aku kira buku ini akan jadi referensi yang bagus untuk menulis karakter SMA. Tapi betapa salahnya aku berpikir kayak gitu. Mungkin karena perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia, jadi ada beberapa hal yang sekiranya akan sulit diterapkan ke dalam novel ku. Dan yang terlebih cukup memberatkan adalah PENULISAN KARAKTER SMA ITU RIBET BANGET. Maksudku, kayak isi pikiran mereka itu terlalu overthink terhadap sesuatu yang sebenernya ga perlu terlalu dipikirikan.

Kalau ingin coba untuk dijabarkan, bisa dibilang begini. Apa yang biasanya kita pikir dalam suatu kondisi A >> B, nyatanya bila kita ingin menulis dalam novel dan memberikan panggung kepada karakter SMA, maka dia bisa ditulis menjadi A >> C >> D >> B. Intinya akan lebih banyak turn around.

Walaupun ribet dan aneh seperti itu, ternyata alur berpikirnya sengaja dibuat seribet itu karena nantinya biasanya akan ada karakter orang dewasa yang akan mentralisir pikiran seperti itu. Karakter orang dewasa ini akan menjadi seperti high pass filter/low pass filter dimana dia akan merapihkan pola pikir karakter SMA yang mungkin terlalu belibet.

Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa memang seninya ada di penulisan pikiran anak SMA dan cara bagaimana orang dewasa disekitarnya akan menangani pikiran tersebut.

Gadis SMA dan Rahasianya - Chapter 2

Bel kelas berdering. Sinar matahari senja yang masuk melewati jendela kelas menandakan bahwa hari sudah sore dan sekolah telah usai. Di ...