Minggu, 03 April 2022

Qui peccavit, puniendus est

Kalau mau diartiin secara literal, arti dari judulnya adalah "Ia yang berdosa haruslah dihukum". Gak, gak ada literatur lama (mungkin) atau quote orang-orang terkenal di dunia yang kayak gini. Ini murni gw asal nulis pakai bahasa Indonesia terus di translate ke Latin pakai google translate.

Tapi, kenapa kok judulnya kayak gitu?

Bisa dibilang, hari ini gua merasa seakan-akan ditunjukkan 'dosa-dosa' yang dulu pernah gua lakukan dihadapan gua. Bukan dosa sih, lebih ke penyesalan dari apa yang pernah dilakukan.

Tapi sebelum itu, ada beberapa hal yang harus diketahui dulu. 

Jadi karena tahun ini gua sedang mencoba untuk ikut SBMPTN lagi (walopun udah 2 tahun lewat), gua akhirnya memutuskan untuk les di [REDACTED] yang bertempat di [REDACTED]. Nah, kebetulan tempat les ini ternyata punya beberapa cabang. Akhirnya, karena situasi tertentu, gua dipindahkan ke cabang yang berada di [REDACTED]. Di sinilah gua melihat atau merasa dipertontonkan dosa yang pernah gua lakukan dulu.

Di tempat les ini, gua melihat banyak banget anak SMA yang ambis untuk belajar. Ada dari mereka yang membicarakan tentang kampus yang ingin mereka masuki, ada yang membahas rencana untuk belajar bareng sepulang les, ada pula yang diluar jam les mendatangi guru les dan belajar bersama. Memang sih, secara fasilitas tempat les ini bener-bener menyediakan banget, seperti kursi-kursi dan meja yang dapat digunakan untuk belajar, semuanya tidak hanya tersedia di dalam ruang kelas, namun juga di lorong-lorong dan bahkan di dekat pintu utama.

Gua melihat mereka belajar bersama, membaca materi, latihan soal. Ada yang masih mengenakan seragam sekolah, tapi ada juga yang hanya mengenakan pakaian biasa (mungkin karena mereka sudah selesai UN, jadi mereka bebas). Bahkan, ada guru les yang mengatakan bahwa memang rata-rata anak-anak yang les di tempat itu biasa belajar 10 JAM SEHARI (walaupun dengan waktu luang yang mereka punya bukan enggak mungkin sih). Tapi tetap saja, melihat hal kayak gitu membuat gua sadar, betapa payahnya gua saat dulu persiapan untuk SBMPTN pertama kali.

Coba aja dulu lebih rajin, coba aja dulu banyak nanya, coba aja dulu belajar bareng temen-temen, coba aja dulu serius les nya... dan seterusnya.

Setiap kali gua melihat mereka yang ambis, gua selalu merasa ingin banget untuk juga ambis. Menghabiskan waktu kosong untuk belajar, janjian dnegan guru les untuk belajar di luar jam les, atau bahkan fokus dengan bank soal dan buku-buku kumpulan soal ajaib lainnya.

Tapi, gua harus sadar, gua udah enggak berada di waktu untuk melakukan hal-hal itu lagi. Kesempatan gua untuk melakukan semua itu udah lewat. Sekarang, yang bisa gua lakukan hanyalah mengikuti kelas yang terjadwal, dan mengikuti try out yang mereka selenggarakan. Kalaupun gua mau memaksakan diri untuk ambis, gua gak bisa. Situasi dan kondisi gak memungkinkan banget. 

Masih ada mata kuliah yang menurut gua cukup kurang aman dan harus serius, masih ada ormawa yang gua ikuti dan gua memiliki tanggung jawab di situ. Belum lagi adanya praktikum dan ujian semester.

Ya, gua merasa seakan-akan ada yang nunjukkin ke gua bahwa "seharusnya gua dulu seperti itu, seharusnya gua dulu seperti ini", tapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah jadi bubur, karena udah ga ada nasi, ya mau gak mau makan buburnya.

Yak mungkin itu aja kali sedikit pengakuan dosa dari gua. Gua juga masih ada hal lain yang harus dikerjain. Buat kalian yang maish punya kesempatan dan kebetulan (kok bisa) baca blog ini, tolong, seriusin belajar kalian, manfaatkan fasilitas yang disediakan kepada kalian, jangan sampai kalian harus nyesel kayak gua.

La Yohda Stasella

Gadis SMA dan Rahasianya - Chapter 2

Bel kelas berdering. Sinar matahari senja yang masuk melewati jendela kelas menandakan bahwa hari sudah sore dan sekolah telah usai. Di ...